Posts

Temu Kangen

Image
        "Temu Kangen" mungkin menjadi judul paling tepat untuk postingan ini ya. Malam kemarin menjadi malam yang spesial, Bu Capri dan Pak Esa, suaminya, datang ke Pati, mampir karena kebetulan beliau ada acara di luar kota. Seperti dulu, Bu Capri ini punya aura yang membuat setiap permintaannya sulit ditolak, hehe. Seketika chatting masuk di grup kami, meminta kami kumpul, seketika itu juga kami berkumpul. Agak tidak enak sih, karena datang terlambat sehabis ke Gereja, takut mendapat "Hmmmm" seperti dulu, eh tapi ternyata tidak di "Hmm” hehe. Sempat paranoid dulu 😆.     Seperti yang sudah-sudah, Bu Capri memang gudangnya cerita dan pengalaman. Ada saja topik yang beliau punya. Obrolan mengalir saja terus sampai jam sembilan malam. Tidak terasa ya. Bagi saya, kemarin adalah malam yang menyenangkan, bukan karena makan-makannya sih, tapi karena kebersamaannya. Jadi ingat tahun lalu, tahun yang bittersweet untuk saya, yang penuh momen seperti ini. Memang b

Listen to Your Heart

Image
 Pernah mendengar quote di atas? Bagaimana menurutmu? Dalam mengambil keputusan, manakah yang akan anda dengarkan? Hati atau intuisi anda ataukah akal logika anda? Sebagian orang akan menggunakan logika mereka dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan sehingga hasil yang didapat adalah langkah yang benar-benar rasional dan jelas proses berpikirnya. Dengan mengandalkan logika, jelas keputusan yang diambil bisa lebih diterima dengan segala alasan dan penjelasannya yang masuk akal. Sebagian orang lainnya mengklaim kalau mendengarkan intuisi adalah hal yang lebih baik, sama seperti quote di atas karena tidak semua bisa dinilai dengan logika dan hitung-hitungan yang sarat pengunaan akal, ada beberapa elemen krusial yang hanya bisa dinilai dengan hati; kenyamanan dan kecocokan misalnya. Di pertengahan tahun ini saya belajar untuk mendengarkan intuisi saya dan lebih fokus pada kenyamanan dan kedamaian pikiran saya, ketimbang memaksakan hati dan pikiran saya pada hitung-hitungan rasio

Memilih

Image
Hidup adalah sebuah pilihan Hidup adalah sesuatu yang pelik. Mungkin semua orang akan setuju kalau hidup tidak selamanya indah, bahkan beberapa orang dilanda kemalangan di hampir seluruh fase hidup mereka. Hidup dipenuhi dengan pilihan-pilihan unik. Kalau kita melihat hidup sebagai sebuah game , maka akan ada banyak sekali cutscene dengan berbagai macam pilihan. Kita dituntut untuk membuat pilihan, hampir setiap hari. Beberapa pilihan hanya berpengaruh ke hal-hal remeh, seperti akan sarapan apa besok, atau baju apa yang akan dikenakan besok. Selain hal-hal sepele, pilihan hidup juga muncul di beberapa fase terpenting hidup kita, seperti pilihan karier, pilihan studi, pilihan pasangan hidup dan lain sebagainya. Kadang, kita tahu kapan waktu kita harus memilih, seperti saat saya akan masuk kuliah, saya bisa dan tahu, bahwa saat itu adalah waktu untuk saya memilih jurusan kuliah saya. Sastra Inggris adalah jawaban saya, dan saya dengan senang hati menjalaninya, karena itu adalah pilihan

Transformation

Image
    Kalau diingat-ingat, sudah sekitar setahun setelah kami, guru-guru SPSS mendapatkan training-training berkelanjutan. Menilik diri saya yang lama, saya merasakan banyak sekali perubahan yang signifikan bisa dibilang. Sebelum mendapatkan training-traing berkelanjutan, saya cenderung menjadi guru yang "santai". Bukannya tidak memperdulikan siswa sih, tapi lebih nyantai dalam mempersiapkan bahan ajar. Seringkali saya hanya memberikan penjelasan yang sama seperti yang ada di buku LKS (Lembar Kerja Siswa) yang saya rasa sudah cukup kala itu.      Setelah beberapa waktu setelah training, saya menjadi lebih bersiap saat mengajar (kala itu, karena sekarang saya TU). Membuat permainan yang menarik dan mencetak bahan ajar yang colorful menjadi hal yang semakin wajar bagi saya. Saya pun tidak lagi hanya mengandalkan buku pegangan dalam mengajar. Memang benar, malah makin ribet sih, apalagi siswa kadang malah ricuh saat permainan dan cenderung tidak menyimpan bahan ajar yang, menurut

Apa Yang Harus Dibersihkan

Image
Masih ingat postingan saya sebelumnya tentang kita adalah bawang? Bagaimana? Sudahkah anda menemukan akar masalah anda? Nilai apakah yang menyesatkan anda? Atau apakah anda masih mencari-cari? Untuk yang sudah berhasil, selamat, anda sekalian sekarang lebih mengenali diri anda. Untuk yang masih belum menemukannya, sebaiknya anda sekalian merenung lebih dalam untuk menemukannya. Baiklah, di postingan kali ini, untuk menyambung postingan kemarin, saya akan membahas beberapa nilai "sampah", seperti yang dijelaskan oleh Mark Manson dalam bukunya, "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat". Nilai-nilai keliru itu menyangkut: 1. Kenikmatan Ya, siapa sih yang tidak mau mendapat kenikmatan atau kebahagiaan? Tapi, tahukah anda bahwa mengejar kenikmatan, menurut Mark Manson, adalah sebuah kesalahan? Mungkin sebagian dari anda terkejut, bagaimana bisa mengejar kebahagiaan adalah kesalahan. Biarkan saya memberi contoh, yang menyambung dari contoh di postingan sebelumnya. Taruh

Kita Adalah Bawang

Image
  Pernahkah anda melihat sebuah bawang? Bawang merah lebih tepatnya. Jika anda perhatikan, bawang merah terdiri dari lapisan-lapisan bukan? Nah, masih, di buku "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat" karya Mark Manson, kita diajak berpikir bahwa kita adalah sebuah bawang. Terdengar lucu kan? Tapi sebenarnya tidak. Kalau saya boleh berpendapat, ulasan kali ini cukup menohok juga. Jadi, sekarang, marilah kita menjadi bawang 😂  Lapisan pertama dari kita, yang sekarang ini adalah bawang, adalah bagaimana kita memahami emosi kita. Pada tahap ini, kesadaran kita akan diri kita sendiri baru sampai ke tahap mengidentifikasi apa yang kita suka dan tidak kita suka. Taruh kata kita suka mendapat nilai sempurna dan benci atau kecewa saat kita mendapat nilai kurang. Ya, saat kita di lapisan ini, kita hanya menyadari itu saja... namun, apakah anda mengira lapisan pertama mudah dicapai? Bagi sebagian orang yang memang peka terhadap dirinya, tentu mengidentifikasi hal-hal yang disukai maupun

Kamu Tidak Istimewa

Image
Pernahkah anda merasa memiliki kekuatan khusus? Tentunya bukan kekuatan super seperti Superman, atau kemampuan memanjat ala Spider-Man. Yang saya maksud adalah perasaan superior akan sesuatu, misalnya anda jago bermain kata-kata, hingga menyebut diri anda sendiri "Shakespeare Milenial", atau mungkin kemampuan menggambar yang sangat "wah", hingga berbangga diri memperkenalkan diri sebagai "The Next Picasso", atau karena saking cerdasnya anda dalam matematika atau fisika, anda merasa akan menjadi penerus Nikola Tesla. Tentu hal-hal tersebut akan teramat sangat mengesankan bila betulan terjadi. Ijinkan saya bertanya lagi, pernahkah anda merasa menjadi orang yang paling tersakiti? Ya, seakan-akan anda tidak dapat berbuat sesuatu istilahnya maju kena mundur juga kena. Pernahkah? Terdengar familiar? Nah, menurut Mark Manson, masih, dalam bukunya yang berjudul "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat", merasa diri paling pintar atau paling tersakiti adala