Kamu Tidak Istimewa

You Are Not Special" Children's Book | Know Your Meme

Pernahkah anda merasa memiliki kekuatan khusus? Tentunya bukan kekuatan super seperti Superman, atau kemampuan memanjat ala Spider-Man. Yang saya maksud adalah perasaan superior akan sesuatu, misalnya anda jago bermain kata-kata, hingga menyebut diri anda sendiri "Shakespeare Milenial", atau mungkin kemampuan menggambar yang sangat "wah", hingga berbangga diri memperkenalkan diri sebagai "The Next Picasso", atau karena saking cerdasnya anda dalam matematika atau fisika, anda merasa akan menjadi penerus Nikola Tesla. Tentu hal-hal tersebut akan teramat sangat mengesankan bila betulan terjadi. Ijinkan saya bertanya lagi, pernahkah anda merasa menjadi orang yang paling tersakiti? Ya, seakan-akan anda tidak dapat berbuat sesuatu istilahnya maju kena mundur juga kena. Pernahkah? Terdengar familiar?

Nah, menurut Mark Manson, masih, dalam bukunya yang berjudul "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat", merasa diri paling pintar atau paling tersakiti adalah hal yang berbahaya. Mengapa berbahaya? Karena sejatinya anggapan kita, baik yang baik maupun buruk, terhadap diri sendiri, terlebih yang telah kita pegang teguh dan dalam jangka waktu lama, dapat mendelusi kita sekaligus membuat kita egois dan buta terhadap kritik atau masukan.

Contoh:

  • Anda adalah sang jenius Matematika. Di kelas, anda tidak terkalahkan, sehingga anda merasa paling bisa soal Matematika. Suatu hari, guru Matematika menuliskan sebuah soal di papan tulis sebelum beliau ijin sebentar ke toilet. Karena anda yang terbaik di kelas, anda segera maju ke depan dan menyelesaikan persamaan Matematika dengan mudahnya. Namun, salah seorang teman sekelas anda  yang biasa-biasa saja memberi masukan yang mengatakan bahwa penyelesaian soal di papan tulis kala itu bisa lebih sederhana. Apa yang anda lakukan? Padahal yang jenius kan anda, ini teman anda yang nilainya pas-pasan mengkritik anda. Emosi? Tidak terima? Yes, selamat, anda sudah positif anti kritik hehe.

Biar saya beri contoh lainnya:

  • Anda adalah seorang murid dengan kepintaran biasa saja, tidak berprestasi di sekolah, padahal ayah dan ibu anda sudah mendaftarkan anda di tempat les ternama, tapi hal itu tidak serta-merta membuat anda cerdas bagai Einstein. Apalagi hari itu, si jenius Matematika mendamprat anda karena sok tahu dan sok kritik akan pekerjaannya. Anda merasa gagal dan putus asa terkait nilai-nilai akademis anda dan anda merasa sudah mengecewakan kedua orang tua anda. Anda pulang ke rumah dengan hati yang berat. Kakak anda kemudian menasehati anda untuk fokus menggambar, karena selama ini gambar-gambar anda mendapat nilai tinggi di kelas. Namun karena anda sudah merasa paling menderita, anda dengan kesal memarahi kakak anda, menyebutnya tidak peka dan tidak tahu apa-apa mengenai anda. Selamat, anda sudah buta pada masukan.
Para pembaca, apa yang kira-kira bisa ditangkap dari kedua contoh di atas?

Menurut Mark Manson, sejatinya, kita tidak lebih istimewa dari orang lain. Keistimewaan yang sering kita klaim sebenarnya adalah hal yang biasa di mata orang lain. Menurut Mark Manson, motivator-motivator yang menjejalkan paham bahwa setiap dari anda adalah spesial atau istimewa, sebenarnya menjejali anda dengan kesadaran palsu. Tapi, menurut saya, hal itu bisa benar bisa juga salah. Setelah membaca bab ketiga yang berjudul "Anda Tidak Istimewa", saya menyadari bahwa yang menjadi masalah dari ujaran para motivator itu adalah pemahaman kita yang salah. Ujaran bahwa anda istimewa, bagi orang yang tepat akan memacu keinginan belajar dan keinginan mengasah kemampuan, sehingga sebisa mungkin "keistimewaan" mereka senantiasa berkembang secara positif. Sementara bagi orang dengan pemikiran sempit, justru mematikan semangat mereka untuk berkemang, wong  mereka istimewa, berarti kebaikan dan keburukan mereka yang "istimewa" harus tetap dilestarikan, bukan? Kan mereka istimewa, sudah spesial dari sananya.

Mark Manson, secara khusus, menggarisbawahi bahwa dengan berpikir kita tidak sempurna, maka kita bisa berkembang untuk mencari atau mengembangkan "keistimewaan" itu dengan cara mau untuk belajar dan menerima masukan orang lain. Serta dengan menganggap diri tidak istimewa, kita bisa meminimalisir stress kita apabila kegagalan menghampiri, karena kita manusia biasa yang bisa salah dan gagal juga.

Jadi, apakah masih mau merasa diri paling istimewa? 

Jangan ya, jadilah biasa saja, namun berkembang menjadi luar biasa, dari pada berpikir dirinya luar biasa, padahal biasa saja.

Comments

  1. Kita benar-benar memiliki penghargaan diri yang tinggi jika mampu menerima dan melihat bagian negatif dari pribadi kita alias memang kita ini tidak istimewa, teringat kisah Jimmy dan Mark Manson kecil😊

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. keren banget tulisanmu mas,,


    kalimat paragraf terakhir,,,

    "biasa tapi berkembang luarbiasa"

    ReplyDelete
  4. Sesuatu yang berlebihan memang tidak bagus. Terimakasih tulisannya bermakna sekali.

    ReplyDelete
  5. Tergantung cara pandang dan pemakaian istilah istimewa di diri kita. Keren pakk

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Temu Kangen

Ganti Fokus Yuk

Listen to Your Heart