Kita Adalah Bawang

 

Pernahkah anda melihat sebuah bawang? Bawang merah lebih tepatnya. Jika anda perhatikan, bawang merah terdiri dari lapisan-lapisan bukan? Nah, masih, di buku "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat" karya Mark Manson, kita diajak berpikir bahwa kita adalah sebuah bawang. Terdengar lucu kan? Tapi sebenarnya tidak. Kalau saya boleh berpendapat, ulasan kali ini cukup menohok juga. Jadi, sekarang, marilah kita menjadi bawang πŸ˜‚ 

Lapisan pertama dari kita, yang sekarang ini adalah bawang, adalah bagaimana kita memahami emosi kita. Pada tahap ini, kesadaran kita akan diri kita sendiri baru sampai ke tahap mengidentifikasi apa yang kita suka dan tidak kita suka. Taruh kata kita suka mendapat nilai sempurna dan benci atau kecewa saat kita mendapat nilai kurang. Ya, saat kita di lapisan ini, kita hanya menyadari itu saja... namun, apakah anda mengira lapisan pertama mudah dicapai? Bagi sebagian orang yang memang peka terhadap dirinya, tentu mengidentifikasi hal-hal yang disukai maupun yang tidak disukai menjadi semudah membalikkan telapak tangan. Tapi tidak begitu halnya untuk sebagian orang yang memang tidak terlalu peka terhadap dirinya sendiri. Beberapa dari kita mungkin bad mood tanpa alasan yang jelas. Pernah mengalaminya? Mungkin anda termasuk yang kurang peka. Untuk mereka yang kurang peka, mungkin ketidakpekaan anda bukan sepenuhnya kesalahan anda. Mengapa? Karena dewasa ini, di mana banyak bermunculan kiat-kiat menjadi bahagia, muncul juga larangan untuk merasa buruk, merasa negatif, merasa marah dan sedih. Larangan untuk mengalami pikiran-pikiran negatif inilah yang mungkin memicu anda untuk memendam emosi negatif, sehingga mengidentifikasi penyebabnya juga akan lebih sulit. Jadi untuk menjadi peka secara emosional, biarkanlah diri anda untuk merasa "buruk" sesekali dan mulailah mengelompokkan apa yang membuat anda merasa begitu.

Lapisan kedua dari bawang kesadaran diri kita adalah "mengapa". Apabila sebelumnya kita tahu sebab ketidaksukaan kita, sekarang adalah waktunya mengapa anda tidak menyukai penyebab itu. Misalnya anda tidak suka mendapat nilai jelek, mulailah tanyakan ke diri anda, mengapa saya merasa buruk saat mendapat nilai kurang. Bisa saja disebabkan oleh didikan yang salah semasa anda kecil, dimana anda diminta menjadi anak yang "sempurna" secara akademis oleh orang tua. Bisa jadi karena anda mempunyai nilai kompetitif yang tinggi sehingga anda uring-uringan saat kalah saing dengan rival anda di kelas. Dengan mengetahui penyebab anda merasa negatif, anda akan mengenali diri anda lebih dalam.

Lapisan ketiga yang lebih mendalam adalah mengapa anda terganggu dengan akar permasalahan itu. Mulai bingung? πŸ˜‚ biar saya beri contoh. Misalnya, seperti di atas, anda marah saat mendapat nilai jelek, anda tau alasan anda marah adalah orang tua anda juga akan marah pada anda karena mendapat nilai buruk. Nah, ditahap ini, saya bisa melihat dengan gamblang bahwa yang menjadi dasar dari masalah anda adalah karena orang tua anda, dan mungkin anda, melihat nilai akademis adalah segala-galanya. Mulai jelas? Nilai dasar, yang anda pegang, inilah yang sebenarnya menjadi sumber masalah anda. Nilai yang dipilih dengan dasar yang dangal inilah yang menyebabkan anda uring-uringan saat kalah saing.

Bagaimana untum bisa sampai ke lapisan ketiga ya? Jawabnya hanya satu, duduklah dan merenung, terkoneksilah dengan diri anda yang lebih dalam. Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan "mengapa" dan anda, menurut buku Mark Manson, akan bisa memperoleh kesadaran yang lebih mendalam akan diri anda dan bisa, sedikit demi sedikit, mengubah cata pandang anda.

Comments

  1. Semakin mendalam lapisan bawang yang diselami maka jangan lupa siapkan tisu karena akan berderai air mataπŸ˜…

    ReplyDelete
  2. jadilah bawang hahaha, semakin dalam melihat lapisan akan tahu sumber dari masalah itu hahaha,

    ReplyDelete
  3. Semakin dalam lapisan bawang semakin berbeda sudut pandang kita terhadapa permasalahan

    ReplyDelete
  4. Lapisan bawang seperti menguraikan diri ya. Btw, beberapa typo pak ehe

    ReplyDelete
  5. Mengubah cara pandang dengan menumbuhkan kesadaran akan diri sendiri, nice

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Temu Kangen

Ganti Fokus Yuk

Listen to Your Heart