Penceramah Kedamaian


    Ada yang kenal dengan wajah di atas? Sepertinya banyak yang belum tahu sosok di atas ya. Biar saya perkenalkan beliau. Nama beliau adalah Albertus Soegijapranata, seorang Uskup Agung Katholik pada tahun 1940-an. Pertanyaannya adalah:

  • Apakah beliau benar-benar pahlawan?
  • Apakah seorang Uskup maju ke medan perang? 

Jawaban pertanyaan pertama adalah "iya", sedangkan jawaban pertanyaan kedua adalah "tidak"

Lalu, apakah bentuk perjuangan beliau, sehingga patut mendapat gelar seorang pahlawan?

    Seperti Ibu Kartini yang memperjuangkan wanita, Mgr. Soegijapranata memperjuangkan rakyat melalui aksinya, memberi bantuan pada mereka yang terdampak penjajahan Jepang. Perjuangan beliau tidak dengan mengangkat senjata, melainkan dengan memberikan uluran tangan pada yang membutuhkan. Saat masuknya Jepang ke Indonesia, keadaan menjadi kacau, penderitaan dan kekurangan pangan terjadi di mana-mana, Mgr. Soegijapranata mengulurkan tangannya, meminta orang-orang Gereja saling membantu dengan mereka yang membutuhkan, tanpa memandang agama. Kasih sayangnya yang merefleksikan Kasih Kristus yang universal dan tidak pandang bulu merupakan sebuah berkat dan kelebihan dari sosok ini. Di samping itu, pribadinya yang berani mengkritik agresi militer dan kebrutalan perang pasca kemerdekaan juga menjadi bagian penting dari perjuangannya. Lewat ceramahnya, baliau mempersuasi orang-orang Belanda (yang mayoritas beragama Katholik) untuk menghentikan pertikaian peperangan kala itu. Melalui khotbahnya, beliau sedkit demi sedikit menyadarkan bahwa perang dan penindasan bukanlah sifat-sifat Kristus. Bagi beliau, berjuang tidak hanya dengan mengangkat pedang, namun bisa juga melalui goresan pena dan uluran tangan penuh kasih. 

    Satu lagi kelebihan beliau yang mesti saya highlight. Mgr. Soegijapranata adalah Uskup Jawa pertama di Indonesia, dan oleh karenanya, lewat tangannya, baliau mengubah kesan agama Katholik yang notabene agama "barat" semakin membumi. Mgr. Soegijapranta yang adalah keturunan Jawa asli memeluk budaya-budaya Jawa, memperbolehkan gamelan dan wayang dalam ceramah dan misa, Kisah beliau memang mirip-mirip dengan kisah Wali Songo, yang membumikan ajaran Islam, begitu pula Mgr. Soegijapranata membumikan ajaran Katholik dan membuatnya lebih nyaman dan terbuka untuk semua golongan dan ras. Begitulah beliau menjadi sosok yang tidak hanya penuh kasih sayang, tetap juga visioner.

    Kekurangan baliau, tidak ada... mungkin bagi sebagian orang, perjuangan beliau melalui tulisan dan ceramah terkesan tidak berdampak besar kepada perjuangan bangsa Indonesia, tidak seperti Pangeran Diponegoro dan Panglima Sudirman yang adalah pejuang militer yang hebat, Mgr. Soegijapranata berjuang juga melalui jalan yang lebih adem ayem namun lambat, jalur diplomatik bisa dibilang. Kesan "damai" inilah yang membuat hampir semua orang tidak tahu bahwa sosok Mgr. Albertus Soegijapranata ini adalah salah satu sosok pahlawan inspiratif.

     Sebagai pemimpin umat Katholik kala itu, sifat yang patut kita teladani adalah keberaniannya untuk speak up menyuarakan penderitaan rakyat dan tidak hanya fokus pada perjuangan dengan kekerasan, tapi juga lebih banyak melihat perjuangan tanpa kekerasan, perjuangan secara diplomatik, secara diskusi, dan secara kekeluargaan. Ditambah lagi sosok beliau yang sangat kejawen patut dicontoh; meskipun beliau beragama Katholik (agama barat), namun beliau tidak melupakan siapa beliau, tidak melupakan asal usul beliau.

Comments

  1. Berjuang tanpa kekerasan, berjuang dengan kedamaian😊

    ReplyDelete
  2. Berjuang dengan cara yang berbeda. perjuangan tanpa kekerasan, perjuangan secara diplomatik, secara diskusi, dan secara kekeluargaan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Temu Kangen

Ganti Fokus Yuk

Listen to Your Heart