Memilih


Hari ini, konsultan pendidikan sekolah kami, Ibu Capri mengirimkan video inspiratif singkat, mengenai perjuangan seorang penyanyi berkebangsaan Indonesia yang sukses di kancah internasional setelah sebelumnya gagal dalam audisi dalam negeri. Sungguh kehilangan bagi negeri ini... begitu pikir saya, satu lagi bakat Indonesia yang malah diakui dunia, bukan rakyatnya sendiri. Sebuah video yang eye opening, bahwa sebenarnya kita berbakat, kita bernilai, hanya saja kita berada di tempat dan situasi yang tidak tepat. Nah, semua orang pasti pernah mengalami saat seperti itu, saat seakan semua usaha dipandang sebelah mata, saat mata semua orang memandang sinis dan merendahkan. Di fase itulah, sebenarnya dibutuhkan seseorang yang mampu memberi motivasi. Di saat itulah, kita membutuhkan mentor, seseorang yang berkata-kata membangun, seseorang yang menyadarkan akan potensi kita, bukan malah membingungkan, apalagi menyesatkan. Ada saatnya guru berperan demikian, membuka mata siswanya akan potensinya, akan hal yang benar dan penting.

Let me tell you one story. Pernah ada satu waktu, saya menanyakan cita-cita seluruh siswa di kelas. Ya, sebagai penutup pembelajaran, sekaligus saya ingin tahu saja, apa yang ada dibenak mereka selain menjadi pemain sepak bola. Hasilnya? Ada yang mempunyai gambaran lain, membuka cafe misalnya, tapi ada juga yang masih menulis hal yang terlalu general, seperti ingin sukses, ingin membahagiakan orang tua, ingin kaya, dan sebagainya. Nah, di situlah saya masuk. Saya memuji mereka yang sudah memiliki gambaran, memotivasi mereka untuk belajar bisnis atau belajar meracik minuman bagi yang mau memiliki cafe sendiri. Lalu, untuk yang masih bingung soal cita-citanya, saya menyarankan mereka untuk mempunyai keahlian khusus, jago desain misalnya, atau mungkin bisa main alat musik seperti gitar, atau mungkin punya kemampuan berbahasa asing seperti berbahasa Inggris.

Saya katakan kepada siswa untuk memperhatikan guru yang mengajar, karena senyeleneh dan se-eksentrik apapun guru di kelas, pasti ada pembelajaran yang bisa diambil, entah itu pembelajaran yang bersifat akademik, maupun pembelajaran moral. "Bersekolah itu tidak rugi," kata saya. Mendengarkan guru tidak ada ruginya, karena dari pengajaran dan pengalaman mereka, para siswa bisa belajar hal-hal baru. 

Di akhir, sebelum saya menutup pembelajaran dan "ceramah" hari itu, saya mengajak para siswa untuk mulai bertanggung jawab pada diri mereka sendiri. Soal memilih adalah hak mereka, tapi pilihlah tanpa penyesalan diakhir. Sah saja untuk memilih skill non-akademis, tidak salah juga untuk fokus di bidang akademik. Pilihlah tempat yang sesuai dengan minat, pelajari apa yang perlu dan penting untuk masa depanmu, itu saja yang saya sampaikan di akhir sesi hari itu.

Comments

  1. Dan setelah memilih harus berani mempertahankan pilihannya ya pak

    ReplyDelete
  2. dan ingat guru membimbing pasti untuk kebaikan,

    ReplyDelete
  3. Mari sama sama membimbing mereka untuk meraih mimpi

    ReplyDelete
  4. Betul sekali Pak, bertanggung jawab pada diri sendiri itu penting

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Temu Kangen

Ganti Fokus Yuk

Mudik