Tidak terasa sudah akhir semester saja. Saatnya seluruh siswa mempertanggung jawabkan hasil belajar mereka. Eits... meskipun yang ujian siswanya, guru-gurunya juga sebenarnya deg-degan juga lho... persiapan ujiannya juga nggak kalah ribet sebenarnya. Dua minggu lebih, para guru mempersiapkan soal ujian, ditambah keribetannya untuk fotokopi soal dan packing. Saya sendiri, sebagai panitia bertugas untuk menyiapkan soal sekaligus fotokopinya, dibantu teman-teman saat packing menjadikan persiapan ujian berjalan dengan lancar dan relatif cepat.
Nah, ujian Bahasa Inggris-pun berlangsung. Kebetulan mata pelajaran yang saya ampu. Hasilnya? Tidak sedikit siswa yang mengeluhkan soalnya susah... well... sudah saya catatkan kok di papan tulis beberapa hari sebelum ujian... kemana aja kalian? Tidak bisa dong menyalahkan gurunya karena soal yang sulit... setelah saya renungkan, sebagian besar siswa mencampur buku catatan mereka...
Ya... buku catatan macam gado-gado begini yang repot... semuanya dicampur jadi satu, belajar juga tidak bisa fokus dong... alhasil ya kurang maksimal dalam mengerjakan, ditambah lagi mindset mereka yang agak malas-malasan sekolah menjadi kombo malapetaka deh... bukan berarti sepenuhnya salah siswa juga lho ya, tapi memang guru tidak punya kendali 100% atas tindakan, kelakuan, dan minat mereka, kita hanya bisa mengarahkan dan mengingatkan, kendali penuh ya di siswanya menurut saya.
Guru, seperti saya, sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menarik minat siswa. Bisa dilihat dari gambar di atas, bagaimana sebenarnya mereka bisa diajak untuk antusias dalam belajar. Berkreasi dan belajar melalui game-game sederhana dan menyenangkan sudah saya upayakan, tapi dengan hasil yang masih kurang, saya jujur merasa agak kecewa.
Lalu, langkah apa yang bisa ditempuh?
Saya kepikiran untuk memberi mereka satu buku, dan di buku itu akan saya minta mereka mencatat hal-hal penting selama pembelajaran. Mungkin 15 menit sebelum pergantian jam, akan saya minta semuanya untuk menuliskan refleksi (bukan sekedar mengkomunikasikannya saja) sehingga bisa menjadi catatan bagi mereka. Ditambah lagi, untuk menghindari hilangnya catatan, setiap selesai menulis refleksi, buku catatan akan saya tanda tangani sebagai bukti, dan akan saya perhitungkan sebagai poin juga untuk menambah nilai mereka yang kurang. Mungkin itu solusi awal dari saya, semoga ke depannya semua berjalan lebih baik lagi.
Aamiin π♀️π♀️π♀️
ReplyDeleteIjin saya contoh langkahnya ya Pak Ivan ke depanπ♀️
Ide yang bagus, eksekusi langsung kawan
ReplyDelete