"Temu Kangen" mungkin menjadi judul paling tepat untuk postingan ini ya. Malam kemarin menjadi malam yang spesial, Bu Capri dan Pak Esa, suaminya, datang ke Pati, mampir karena kebetulan beliau ada acara di luar kota. Seperti dulu, Bu Capri ini punya aura yang membuat setiap permintaannya sulit ditolak, hehe. Seketika chatting masuk di grup kami, meminta kami kumpul, seketika itu juga kami berkumpul. Agak tidak enak sih, karena datang terlambat sehabis ke Gereja, takut mendapat "Hmmmm" seperti dulu, eh tapi ternyata tidak di "Hmm” hehe. Sempat paranoid dulu 😆. Seperti yang sudah-sudah, Bu Capri memang gudangnya cerita dan pengalaman. Ada saja topik yang beliau punya. Obrolan mengalir saja terus sampai jam sembilan malam. Tidak terasa ya. Bagi saya, kemarin adalah malam yang menyenangkan, bukan karena makan-makannya sih, tapi karena kebersamaannya. Jadi ingat tahun lalu, tahun yang bittersweet untuk saya, yang penuh momen seperti ini. Memang b
Redirect yourself. Mengarahkan ulang dirimu. Yes , kata-kata di atas adalah pelajaran yang saya dapatkan setelah membaca bab pertama dari "The Subtle Art of Not Giving A F*ck" atau yang diterjemahkan sebagai "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat" karya Mark Manson. Dalam bab pertama ini dibahas bagaimana kita sebagai manusia terlalu memperdulikan banyak hal, terlalu overthinking , dan tidak mau menerima apa yang kita punya. Terlebih lagi, kemajuan teknologi memperparah kondisi ini dengan menjejali kita dengan berbagai informasi-informasi yang sebenarnya tidak penting dan malah memperparah overthinking kita yang pada dasarnya sudah mengganggu dan menyita perhatian kita yang di buku ini disebut sebagai "Lingkaran Setan" Lalu bagaimana caranya untuk terbebas dari "Lingkaran Setan" itu? Yep , seperti judul bukunya, bersikaplah bodo amat 😂 Seni #1. Masa bodoh dengan hal-hal yang tidak penting. Ups, pertama kita samakan
Pernah mendengar quote di atas? Bagaimana menurutmu? Dalam mengambil keputusan, manakah yang akan anda dengarkan? Hati atau intuisi anda ataukah akal logika anda? Sebagian orang akan menggunakan logika mereka dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan sehingga hasil yang didapat adalah langkah yang benar-benar rasional dan jelas proses berpikirnya. Dengan mengandalkan logika, jelas keputusan yang diambil bisa lebih diterima dengan segala alasan dan penjelasannya yang masuk akal. Sebagian orang lainnya mengklaim kalau mendengarkan intuisi adalah hal yang lebih baik, sama seperti quote di atas karena tidak semua bisa dinilai dengan logika dan hitung-hitungan yang sarat pengunaan akal, ada beberapa elemen krusial yang hanya bisa dinilai dengan hati; kenyamanan dan kecocokan misalnya. Di pertengahan tahun ini saya belajar untuk mendengarkan intuisi saya dan lebih fokus pada kenyamanan dan kedamaian pikiran saya, ketimbang memaksakan hati dan pikiran saya pada hitung-hitungan rasio
Comments
Post a Comment